Cast:
Jeon Jungkook, Yu Hara,Ahn Yoo Rim

-Cinta telah pergi. Seperti orang bodoh, aku berdiri dengan hampanya disini-JJK

Dia berjalan menjauh. Sesekali kulihat tangannya menyeka pipinya yang basah karena air mata. Pikiranku buntu. Hati kecilku berteriak memaksa untuk segera mengejarnya. Namun otakku benar-benar tak sejalan. Perlahan dia menghilang dibalik kerumunan orang yang berjalan tanpa menghiraukan keadaan disekitar mereka.
Bayang-bayang Hara terus melintas dipikiranku.
“Jungkook apa berita itu benar?” suaranya yang bergetar membuat hatiku tersayat berkali-kali.
Wajahnya memerah menahan air mata yang sudah siap meluncur. Hanya permintaan maaf yang bisa aku ucapkan padanya. Harusnya lusa aku dan Hara melangsungkan pertunangan. Hari yang sangat ku tunggu. Meminang gadis yang sudah hampir 8 tahun bersamaku.
 Ya, aku resmi berpacaran dengannya sejak kelas 2 SMA. Satu-satunya gadis yang menerimaku tanpa memikirkan harta bahkan status sosial tidak menjadi masalah baginya. Namun mimpi itu sirna hanya dalam semalam.

“Kenapa kamu membiarkan hubungan kita hingga sejauh ini! Kamu berhasil membuatku terlihat seperti jalang bodoh dan tak tau diri!Seharusnya aku tidak berjuang seperti ini untukmu!”
Kali ini dia benar-benar terluka, bahkan sifat lembutnya menghilang tanpa jejak hingga dia berani berteriak didepanku. Memang semua ini salahku.
“Hara maafkan aku.” Kalimat itu terus ku ucapkan disepanjang jalan yang kulalui. Wajah kusut tanpa cahaya semangat sedikitpun.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Kenapa!!!! Kenapa harus sekarang!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya tanpa menghiraukan orang-orang yang memandangku aneh, bahkan beberapa diantara mereka melangkah menjaga jarak dariku.

-Akankah ini hilang setelah berjalannya waktu? Aku mengingat masa lalu. Aku mengingatmu-JJK

 Aku terduduk dilantai rumah yang sudah kubeli atas namaku dan  Hara. Calon istriku. Rumah yang sudah diisi beberapa perabot baru. Tertata rapi dengan warna-warna manis sesuai dengan selerakku dan dia.

“Jungkook, untuk desain kamar kita, aku serahin ke kamu aja ya. Aku suka seleramu.” Kata Hara sambil melingkarkan tangannya di perutku. 
“Kenapa? Bukannya kamu bilang seleraku terlalu tua?”
“Untuk yang satu ini beda.” 
“Baiklah. Serahkan saja padaku Nyonya Jungkook.” Dan Kami berdua tergelak kecil.

Kenangan yang terproyeksi kembali dari ingatanku semakin membuatku kacau. Terlihat memalukan. Aku hanya bisa menangisi dan menyesali keputusanku. Keputusan untuk memilih menikahi wanita asing demi keluargaku dan meninggalkan wanita yang telah menjadi belahan jiwaku.

“Jungkook, kamu kok tidur disini? Nanti kamu bisa masuk angin. Dasar keras kepala!” Hara membantuku berdiri dan menuntunku menuju satu ruangan yang sudah tak asing lagi bagiku. Kamar kami. Aku berbaring ditempat tidur sedangkan Hara membenarkan selimutku dan duduk disamping ranjang sambil menggenggam tanganku. Senyumnya begitu meneduhkan.
Dan sekali lagi ini hanyalah proyeksi kenanganku. Ruangan ini kosong hanya ada aku, sendiri.
“YU HARA!!!!”

Gaun berwarna merah pastel itu akan dikenakan oleh gadis lain yang sama sekali  tak kuharapkan kehadirannya.

-Jika tidak terlambat, Bisakah kita kembali bersama-sama?-JJK

Aku hanya terdiam memandang pantulan refleksiku di cermin. Setelan tuxedo hitam yang terllihat mewah.
“Hara..” ucapku lirih. Mataku terpejam, kurasakan jam berputar berlawan arah. Suasana yang awalnya tenang terasa menjadi riuh.

“Jungkook kekantin yuk.” 
Aku membuka mataku dan terenyak. Itu adalah Hara masih menggunakan seragam SMAnya. Aku melirik pakaianku yang sama memakai seragam SMA. Dan ini disekolah 8 tahun lalu. Aku menggandeng tangan Hara yang menuntunku ke kantin. Entah kenapa hatiku serasa disiram air yang sejuk, bibirku terangkat, tersenyum. Aku merangkul Hara sambil berjalan berdampingan. Dia tertawa seperti biasa. Tawanya berhenti dan dia menatapku aneh. 
“Kamu sakit ? kok pucat gini?” kami terhenti di ujung lorong sekolah. 
Hanya beberapa meter lagi kami sampai di kantin. Tangan kecil Hara menyentuh keningku membuatku terpejam. Hangat dan lembut. Aku menahan tangannya untuk tetap seperti itu dalam beberapa saat. 
“Kamu aneh.” Hara mengerutkan keningnya 
“Untuk sebentar saja.” Ucapku masih dengan posisi yang sama. Hara tertawa kecil. 

-Aku mengingat bayanganmu. Kenangan-kenangan kita yang diam-diam kumasukkan ke dalam laciku. Aku mengeluarkannya dan bernostalgia lagi sendiri-

Aku sadar betul ini adalah ingatan masa laluku. Tapi aku menikmatinya. Berharap bahwa bukan hanya kenangan namun kenyataan yang sedang kualami saat ini juga. Entah kenapa hatiku kembali sakit. Lebih sakit dari sebelumnya.

Kembali kubuka mataku, kudapati sosok Hara sedang sibuk dengan buku sketsa miliknya. Dan didepanku sebuah meja besar lengkap dengan komputer, beberapa map file, dan dua buah telefon. Ini ruang kerjaku 3 tahun lalu saat pertama aku resmi menjadi bagian dari perusahaan Ayahku. 
“Jungkook kamu liat deh, ini sketsa baruku. Temanya sih masih sama seperti minggu lalu, tapi aku rasa ini lebih terlihat cantik.” Jantungku serasa diremuk. Hara. Rambutnya panjang terurai sepinggul. Kaca mata bulatnya membuatnya semakin terlihat cantik. Aku hanya menatapnya.
“Jangan diam terus, aku butuh masukanmu. Boutique ku hampir kehabisan stok. Beberapa customer juga mulai meminta desain baru.” Hara mengerucutkan bibirnya, membuatku tersenyum geli. Dengan hati yang semakin tak berbentuk pastinya. Jari-jari lentiknya menunjukkan gambar desain mini dress yang begitu anggun. Aku melamun sejenak, kulihat gambar sketsa itu berubah. Bukan gambar desain milik Hara melainkan gambar beberapa gaun pengantin. Ingin aku menangis sejadi-jadinya. Tapi rasa sakit yang tak terkira ini malah membuatku tak berkutik. 3 bulan lalu saat aku dan Hara berada di tempat fitting wedding dress. 
“Tuan, calon pengantin anda sudah siap.” Seorang pegawai menghampiriku dan mengajakku kesebuah ruangan. Gaun warna merah pastel panjang hingga menyentuh lantai melekat pas ditubuh Hara. Dia sangat cantik. Rambutnya disanggul rapi. 
“Aku suka yang ini, menurutmu gimana?” Hara berjalan menghampiriku sambil sesekali memutar tubuhnya. 
“Jadikan ini kenyataan untukku Jungkook.” Hara meraih tanganku, menggenggamnya penuh harap.
Rasanya ingin mati saja.

- Bagaimana denganmu? Apakah kamu benar-benar baik-baik saja?-JJK
Semua orang sudah berkumpul di depan altar. Aku berdiri disamping saksi pernikahanku. Pernikahan? bukan! Ini adalah mimpi buruk, bencana. Dari jauh kulihat pengantin wanitaku berjalan didampingi ayahnya. Aku harap pengantin wanitaku adalah Hara. Dan kini dia telah sampai didepanku. Bukan, dia bukan Hara. Aku benar-benar tak sudi menyentuh gadis asing yang mengacaukan hidupku ini. Kulihat Hara berdiri diantara para tamu undangan. Mengenakan mini dress yang pernah dia desain bersamaku. Jiwa ku serasa terlepas dari raganya. Aku benar-benar hancur. Melihat gadis yang sangat kucintai hanya  berdiri sebagai tamu undangan. Bukankah ini kegilaan yang sangat buruk.
Upacara pernikahanpun dimulai. Jiwaku hampa. Semua tamu undangan berteriak memintaku untuk mencium wanita aneh yang kini resmi menjadi istriku. Dengan berat hati aku mencium kening pengantinku. Ah yang benar saja aku sebut dia pengantinku, dia hanyalah orang asing. Kulihat Hara hanya menunduk dan melangkah menjauh. Persetan dengan pernikahan ini, aku harap aku bisa mengejarnya.

-Jika kamu berjuang sepertiku. Bisakah kita membuat hal ini sedikit lebih mudah?- YHR
Tamu undangan berbaris memberikan ucapan selamat padaku dan wanita yang harus kusebut istriku ini. Hingga tiba saatnya Hara menghampiriku. Tubuhku berguncang hebat. Rasanya tak ada oksigen yang tersisa untukku. Kurasakan darahku terhenti ketika kulihat Hara bersalaman dan mengucapkan selamat pada istriku. Kini Hara tiba tepat di depanku. Dengan segenap tenaga aku menatap mata itu. air mataku kini benar-benar jatuh.

“Jungkook, selamat atas pernikahanmu.” Bibir Hara bergetar menahan air matanya. Senyum palsunya menususk jantungku. Tatapan matanya terlihat kosong. Aku ingin memeluknya. Sangat ingin memeluknya.
“Jungkook..” Hara meraih tanganku. Oh Tuhan, dadaku benar-benar sesak. Sesak hingga tak bisa bernafas.
“Aku seharusnya memperlakukanmu lebih baik ketika aku memilikimu.” Mendengarnya tubuhku seperti membeku. Bibirku kelu tak mampu berucap sedikitpun.
“Jungkook, mari tetap bersama. Hanya kamu dan aku.” Ucap Hara sembari mengeluarkan sesuatu dari handbag nya. Alat suntik?! Mataku membulat.

Suntikan itu menancap tepat di dadaku. Dalam hitungan detik cairan asing itu mengalir ditubuhku. Beberapa orang berteriak ketakutan. Tubuhku lemas dan jatuh tersungkur. Kurasakan darahku membeku jantungku sakit sekali. Samar-samar kulihat Hara tersenyum padaku dan mengarahkan alat suntik lain di lehernya.
“Hara, jangan.” Aku hanya mampu berucap lirih.
Sekali lagi. Dan Hara tersungkur didepanku. Masih kulihat dia tersenyum dan perlahan tubuhnya mengejang tak lama hingga dia menutup matanya.
“Baiklah, mari tetap bersama.” Kata terakhir yang kuucapkan sebelum aku memilih untuk menyerah. Menyerah pada kehidupan dan tetap bersama denganmu Hara.

-Tebak putusnya kita sudah diatur- JJK
-Mengapa aku tak tahu tentang beratnya kesedihan yang datang dengan putus?- JJK
-Suatu hari, aku harap aku bisa mencintaimu sebanyak yang aku mau-YHR&JJK

~FIN~
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

0 comments:

Posting Komentar

 
Top